Sunday, February 22, 2015

Imlek 2015 : Pesan dari Sebuah Tangisan Anak Kecil sampai Harapan Kekekalan di Luar Angkasa

Okay, seperti judulnya yang cukup panjang dan kurang jelas, post kali ini akan saya mulai dari sebuah titik peristiwa di suatu hari setelah perayaan Imlek tahun 2015. Seperti biasa setiap kali perayaan Imlek, walaupun tidak merayakan secara khusus, kami sekeluarga selalu mengadakan makan makan bersama di luar, dan kali ini pilihannya jatuh pada masakan Kwetiau.

Sepertinya cukup di situ saja bahasan mengenai kwetiau, karena kalau dibahas lebih detail maka post ini akan menjadi terlalu panjang! Ketika saya pulang dari kantor keesokan harinya, saudara saya yang sudah menikah telah mapir di rumah beserta dengan suaminya dan juga anaknya yang masih berusia sekitar 2 tahun. Dengan gayanya yang imut dan lucu, saya disambut di depan rumah dengan mengepalkan tangan, "gong xi, gong xi" ahahahaa... Sejenak saya masuk ke dalam dan disambut dengan permintaan "U'u, minta angpao....."
Saudaraku langsung nyeletuk, "U'u belum boleh kasi angpau..." Saya pun berlalu menuju kamar dan berganti baju, tidak seberapa lama kemudian terdengar suatu keriuhan, dan ternyata keponakanku itu menangis! Astagaa...dalam hati saya merasa gak enak bener...pokoknya Imlek tahun depan tidak boleh terjadi lagi.
Walaupun tidak ada satu pun anggota keluarga lain yang menanggapi kejadian itu dengan bertanya kepada saya "Kapan kawin?" -__- tapi ya sebuah tangisan itu seperti menjadi sebuah tamparan dan sekaligus pesan tersembunyi bagi saya untuk lebih memperhatikan bidang yang satu itu.
Pikiran saya pun melayang layang, jauh sekali, sampai bahkan ke luar angkasa. Sangat sedikit yang kita ketahui di luar sana. Seingat saya dahulu pernah mendengar sebuah cerita mengenai seorang kembar yang satunya dikirim ke luar angkasa dan satunya tetap berada di bumi. Setelah beberapa waktu, ternyata ketika yang di luar angkasa kembali ke bumi, terdapat perbedaan "usia" di antara mereka. Yang berada di luar angkasa menjadi lebih muda. Sampai saat ini saya tergelitik dengan cerita ini, entah kebenarannya bisa dipertanggungjawabkan atau tidak.
Satu hal, jika memang bisa terjadi demikian, apakah berarti gravitasi bumi menjadi salah satu sebab dari "waktu" berjalan? Seperti kita tahu bahwa usia harapan hidup rata rata di bumi anggap saja 70-80 tahun, apakah hal itu akan tidak berlaku di luar angkasa, dan mungkin seandainya suatu saat kita meninggali suatu planet yang lain, maka akan berbeda lagi? Kalau tidak salah ingat juga, kita punya Merkurius di dalam tata surya kita yang memiliki panjangnya 1 hari adalah lebih dari 24 jam (lupa sih) atau anggaplah planet lain juga. Apakah berarti itu bisa dianggap konversi dari umur kita? Jadi kalau kita tinggal di Merkurius -katakan saja- maka umur kita akan menyesuaikan dengan gravitasi di sana.
Dengan demikian apakah jika kita tinggal di luar angkasa yang tanpa gravitasi, maka kita akan hidup kekal selamanya. Hmmm, teori teori yang kemungkinan besar tidak akan saya temukan jawabannya semasa saya hidup. Anyway, semoga berkah Imlek kali ini beserta anda semua dan keluarga anda juga. Amin.

No comments:

Post a Comment

2018

The Year of Holy Spirit