Sunday, August 5, 2012

Journey to the West (Java) dan Lahirnya Pangeran Matahari (Part 4)

Saya memiliki sebuah kebiasaan yang unik, entah itu kebiasaan yang bagus atau justru sebuah kebiasaan yang buruk. Alarm. Ya, tubuh saya memiliki sebuah sistem alarm yang unik dimana tubuh saya akan membangunkan saya tepat pada waktu saya ingin bangun. Jadi misalnya saya ingin bangun pukul lima pagi, ya saya bisa bangun sebelum waktu tersebut.
Sayangnya, memang belum saya sebutkan dalam bentuk apa alarm tersebut. Tubuh saya membunyikan alarm dengan cara membuat saya harus "membuang muatan" di kamar mandi, alias sakit perut. Ya, bukan sakit perut karena makan sambal atau karena masuk angin. Tapi memang seperti sudah terjadwal sedemikian rupa, sehingga saya menganggapnya sebuah alarm.
Anyway, ketika saya bangun di pagi hari tanggal 31 Juli 2012, di sebuah kamar hotel Fiducia, saya memikirkan apakah akan langsung check out atau tidak pagi ini. Karena mengingat lokasi wawancara saya yang tidak terlalu jauh, dan jadwal kepulangan saya yang saya sengaja pilih agak malam, kemungkinan besar saya akan masih punya waktu luang setelah interview diadakan.
Setelah menimbang nimbang, akhirnya saya putuskan untuk memperpanjang waktu check out menjadi sore hari dengan menambah biaya sebesar 50%. Ya, di satu sisi, saya jadi tidak perlu membawa semua barang barang bawaan saya selama menjalani wawancara hari ini, dan juga seandainya wawancara berjalan cepat, saya masih punya tempat untuk beristirahat dan bersantai santai.
Oke, meluncur menuju kantor PT Wiratman di Graha Simatupang dengan menggunakan ojek. Sesampai di sana saya masih lebih awal dari waktu yang dijadwalkan, jadi sekuriti menyuruh saya mengisi kuisioner untuk pelamar kerja di ruang tunggu. Pukul sembilan lebih sedikit, saya dipanggil untuk naik ke lantai enam.
Begitu pintu lift terbuka, saya bingung. karena yang saya lihat adalah jendela. Iya, jendela. Bukan lobi, atau pintu masuk. Ternyata saya masih harus berjalan ke arah kiri lagi untuk menuju ke ruangan yang dimaksud.
Wawancara dilakukan oleh Bpk. Otto, yang walaupun kelihatannya sangat sibuk, masih mau meluangkan waktunya untuk mewawancara saya. Sekitar satu setengah jam kemudian saya disuruh untuk mencoba menggambar AutoCAD. Oke, saya lakukan.
Sampai jam makan siang, saya diberi waktu untuk beristirahat, dan menuju ke kanti di luar gedung. Kantin berada di antara gedung Graha Simatupang Tower I dan Tower II. Saya menikmati bakso dan segelas es teh manis, sambil ditemani angin yang cukup kencang hari itu, kemudian kembali ke tempat saya diwawancara.
Setelah selesai menggambar, ternyata Bpk. Otto memberikan kepada saya gambar tambahan untuk dikerjakan. Ketika waktu menunjukkan pukul 15.00, saya selesai menggambar yang kedua, dan sepertinya Bpk. Otto berniat untuk memberikan tambahan tes lagi untuk memasukkan data ke program SAP/ETABS. Namun saya sela, saya bilang bahwa hotel saya belum saya check out, dan akhirnya diijinkan meninggalkan tempat untuk dikabari lagi apakah hasil tesnya diterima atau tidak.
Saya kembali ke Hotel Fiducia naik ojek. Tukang ojek kali ini agak tua, dan kurus. Saya kasihan melihat dia harus "berjuang" untuk menyeimbangkan motornya di tengah keramaian sore Jakarta. Akhirnya setelah tiba di kamar, saya beristirahat sekitar satu jam sebelum saya memutuskan untuk mulai berangkat ke bandara, karena saya tidak bisa memprediksi seberapa macet Jakarta di waktu sore hari. Saya pun dibantu oleh seorang bell boy untuk mencegat taksi Blue Bird untuk menuju ke bandara.
Saya lupa bahwa Lion Air untuk penerbangan ke Surabaya adalah di Terminal 1A, taksi menurunkan saya di Terminal 1B. Baru saya sadar setelah saya hendak boarding. Teller (eh, benar gak ya sebutannya?) Lion Air, menyebutkan saya bisa ke Terminal 1A dengan naik bus, oke, saya sedikit berputar putar dan akhirnya menemukan busnya.
Tidak ada yang terlalu istimewa di dalam penerbangan kali ini. Hanya saja saya merasa pernah melihat salah satu pramugari kali ini dari penerbangan saya yang sebelumnya. Dan juga landing yang agak buruk, tidak terlalu mulus, oleh pesawat Lion Air di bandara Juanda Surabaya. Saya dijemput oleh kedua orang tua. Sudah tidak sabar untuk bertemu sang pangeran matahari, walaupun saya baru bisa bertemu langsung dua hari kemudian. Selamat datang di dunia, Pangeran Matahari!

No comments:

Post a Comment

2018

The Year of Holy Spirit