Friday, May 18, 2012

Indonesia - Hungaria : 0-6, Kalah dengan Perjuangan yang Gagah

Di tengah sepak bola Indonesia yang saat ini terus terombang ambing, bahkan terdapat dua induk organisasi yang memiliki kompetisi masing masing, prestasi sepak bola Indonesia di era pra-kemerdekaan ternyata pernah menjadi kebanggaan di tingkat internasional. Saat itu, tim sepak bola nasional Indonesia bahkan menjadi tim Asia pertama yang berpartisipasi dalam Piala Dunia FIFA pada tahun 1938.Memang, pada waktu itu mereka disebut sebagai Hindia Belanda dan kalah 6-0 dari Hungaria di Stadion Velodrome Municipale, Reims, Perancis. Pada saat itu, Indonesia yang diwakili zona Asia kualifikasi Grup 12. Grup kualifikasi Asia untuk Piala Dunia 1938 hanya terdiri dari 2 negara, Indonesia (Hindia Belanda) dan Jepang. Indonesia bisa lolos ke final Piala Dunia pada tahun 1938 setelah Jepang mundur dari babak kualifikasi karena sedang menghadapi peperangan dengan Cina.
Indonesia diperkenalkan dengan sepak bola untuk pertama kalinya oleh kolonialis Belanda. Pada saat itu rakyat Indonesia tidak diperbolehkan untuk bermain sepakbola di lapangan sepakbola Belanda, karena tidak kompeten dalam bermain sepak bola profesional. Bahkan pada setiap pintu masuk lapangan sepak bola Belanda selalu ada billboard besar bertuliskan "VERBODEN voor Indonesische EN Hond", yang berarti "TERLARANG UNTUK ORANG INDONESIA DAN ANJING".
Kemudian Sutan Syahrir, salah satu pemimpin Indonesia membeli sedikit tanah dengan 2.000 Gulden di daerah Kwitang dan menjadi tempat untuk berlatih sepakbola. Dan pada tahun 1932, PSSI didirikan dan dipimpin oleh Ir. Soeratin Sosrosoegondo.
Pada 1930-an, di Indonesia ada tiga induk organisasi sepak bola berdasarkan ras, yaitu Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) kemudian berganti nama Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU) pada tahun 1936, yang dimiliki oleh orang Belanda, Hwa Nan Voetbal Bond ( HNVB) memiliki bangsa Cina, dan Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) milik orang Indonesia.
PSSI era 1930-an sangat dihormati oleh Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU) karena Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB) yang memakai bintang-bintang dari NIVU kalah dengan skor 2-1 melawan Voetbalbond Indonesia Jacatra (Vij) salah satu anggota klub dalam kompetisi PSSI PSSI hingga III tahun 1933 di Surabaya.
Karena tim yang kuat, NIVU meminta PSSI untuk kerjasama. Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan perjanjian pada tanggal 15 Januari 1937, yang berarti PSSI diakui oleh Belanda secara de facto dan de jure. Perjanjian tersebut juga menegaskan bahwa PSSI dan NIVU menjadi organisasi sepak bola teratas di Hindia Belanda.
Salah satu titik kesepakatan ini juga berisi tentang tim yang akan dikirim ke Piala Dunia, yang membuat pertandingan antara tim yang dibentuk oleh NIVU melawan tim yang dibentuk oleh PSSI sebelum diberangkatkan ke Piala Dunia (semacam seleksi tim.)
Pada pertandingan internasional, PSSI membuktikannya. Pada tanggal 7 Agustus 1937-anggota tim, termasuk Tan Malaka, Maladi, Djawad, Moestaram, Sardjan, berhasil mengalahkan Hwa Nan 2-0 tim dari Cina di Arena Uni di Hyderabad,  Li Huitang, pemain Cina mengakui bahwa pemain terbaik Indonesia bermain sangat bagus, terutama Tan Malaka yang membukukan kemenangan luar biasa dengan mencetak 2 gol untuk Indonesia, tanpa alas kaki. Sementara itu, Hwa Nan bermain menggunakan sepatu sepak bola. 
Itu adalah kemenangan luar biasa karena tiga hari sebelumnya, tim Hwa Nan mengalahkan Belanda 6-0. Kemenangan Indonesia ternyata sampai ke telinga FIFA, yang akhirnya memutuskan untuk mengundang Indonesia untuk menjadi peserta Piala Dunia 1938 di Perancis.
Namun NIVU memutuskan bahwa tim yang akan diberangkatkan ke Piala Dunia adalah dengan nama Hindia Belanda (NIVU), sementara PSSI menginginkan bahwa nama Indonesia yang dibawa. Tindakan sepihak dari NIVU ini membuat ketua PSSI, Soeratin, yang merupakan gerakan aktivis nasionalisme Indonesia, sangat marah. Ia menolak untuk memakai nama NIVU, karena kalau NIVU diberikan hak, maka pemain akan diganti dengan komposisi orang-orang Belanda. Akhirnya PSSI membatalkan secara sepihak perjanjian tersebut dalam sebuah Kongres di Solo, 1938.
Karena NIVU melanggar perjanjian, maka sebagian besar tim yang berangkat ke Prancis 1938 Piala Dunia adalah orang Belanda. Mereka yang terpilih untuk bersaing di Perancis, yaitu Bing Mo Heng (kiper), Herman Zommers, Franz Meeng, Isaac Pattiwael, Frans Pede Hukom, Hans Taihattu, Pan Hong Tjien, Jack Sammuels, Suwarte Soedermadji, Anwar Sutan, dan Achmad Nawir (sebagai kapten)
Mereka dilatih oleh pelatih dan ketua NIVU, Johannes Mastenbroek. Suwarte Soedermadji, Anwar Sutan, dan Achmad Nawir adalah pemain pribumi yang berhasil memperkuat tim Hindia Belanda, tetapi bermain di bawah bendera Belanda.
Pada 5 Juni 1938, sejarah mencatat pembantaian tim Hungaria kepada Hindia Belanda. Mereka bermain di Stadion Velodrome Municipal, Reims, Perancis.Sekitar 10.000 penonton menghadiri pertandingan menyaksikan ini. Walaupun memang bukan strategi yang buruk, tetapi Hindia Belanda tidak bisa berbuat banyak. Pada menit 13, gawang Mo Heng bergetar oleh striker Hungaria Vilmos Kohut.
Lalu hujan gol terjadi di menit 15, 28 dan 35. Babak pertama berakhir 4-0. Nasib tim Hindia Belanda selesai pada babak kedua, dengan skor akhir 0-6. Pada saat itu Piala Dunia menggunakan sistem gugur. Meskipun kalah, surat kabar di negara ini, Sin Po, memberikan apresiasinya pada edisi 7 Juni 1938, yang menampilkan berita utama: "Indonesia-Hongarije 0-6, Kalah Sasoedahnja Kasi Perlawanan Gagah" (Indonesia - Hungaria 0-6, kalah dengan perjuangan yang gagah)

source : www.tnol.co.id

No comments:

Post a Comment

2018

The Year of Holy Spirit