Sunday, May 20, 2012

Mengapa Libur yang Terlalu Panjang Menjadi Tidak Menyenangkan

Hore! Libur telah tiba!
Hah!? Kapan libur? Memangnya sekarang tanggal berapa?
Siapa sih di antara anda yang tidak suka jika memasuki masa liburan, baik itu masa liburan sekolah, masa liburan kuliah ataupun masa liburan pekerjaan. Apapun alasan dari masa libur tersebut, sebagian besar dari anda dipastikan merasakan semangatnya bahkan sejak sebelum liburan itu dimulai.

Memang, di dunia yang serba cepat saat ini kita sangat membutuhkan suatu waktu yang khusus ditujukan untuk merelaksasikan pikiran dan tenaga kita yang sudah tercurah sepenuhnya ke dalam kegiatan sehari hari. Karena itulah, masa liburan merupakan suatu masa yang sangat dinanti nantikan oleh banyak orang, tidak terkecuali saya. Bagi kita yang bekerja, liburan merupakan sebuah hak, karena tidak mungkin tenaga kita dipakai terus menerus tanpa berhenti. Itu akan menjadikan pekerjaan kita tidak efektif.
Lain halnya jika liburan adalah sebuah kewajiban. Misalkan, sebuah perusahaan mewajibkan kita untuk libur selama 5 tahun! Wow! Adakah perusahaan seperti itu? Ya, andaikan saja. Apakah anda merasa senang jika diwajibkan untuk seperti itu?
Mungkin justru anda kan merasa senang ketika bekerja kembali, mengingat segala sesuatu adalah harus berimbang. Libur tanpa melakukan pekerjaan apa apa selama 5 tahun bukanlah sesuatu yang menyenangkan, karena selain menjadi sebuah kegiatan yang membosankan, liburan terlalu lama itu juga mengakibatkan dampak negatif bagi diri kita.
Satu, kita menjadi malas. Setelah menjalani masa liburan, biasanya kita mengalami suatu keadaan yang mengharuskan kita kembali 'memanaskan' mesin kita untuk memulai aktivitas sehari hari kembali. Dan dengan masa liburan yang sangat  panjang, kemungkinan besar sangat sulit untuk mengembalikan semangat bekerja kita.
Dua, selain semangat, kemampuan kerja kita pun akan berkurang. Saya ambil saja satu contoh acak. Si A pernah menjadi juara bermain gitar, kemudian dia memutuskan untuk berhenti selama 5 tahun. Apa yang terjadi? Tentu saja kemampuan itu masih ada, namun harus kembali diasah, dan waktu yang dibutuhkan pun mungkin lebih panjang. Itu hanyalah satu contoh.
Tiga, pandangan kita terhadap dunia akan berubah. Jika kita libur terlalu lama, maka kita akan menganggap bahwa dunia akan tetap berjalan bahkan waktu anda berlibur, sehingga lama kelamaan anda berpikir untuk libur saja terus. Bukan suatu hal yang salah, namun ketika anda selesai dari masa liburan 5 tahun itu, apa yang akan terjadi? Pikiran anda akan menganggap bahwa anda tetap tidak perlu bekerja.
Itulah beberapa akibat jika anda mengambil atau mengalami liburan yang terlalu panjang. Memang di dalam kehidupan segala sesuatu harus diimbangi dengan hal yang sebaliknya. Kita tidak akan pernah mengalami kesenangan terus menerus, pasti akan ada saatnya kita bersedih. Demikian pula sebaliknya, kita tidak akan pernah bersedih terus, pasti ada saatnya kebahagiaan kembali ke sisi kita.

No comments:

Post a Comment

2018

The Year of Holy Spirit