Dari segi jumlah, manusia telah memadati bumi ini dengan lebih dari enam milyar spesiesnya. Mulai dari ujung utara sampai selatan, dan keliling seluruh daratan di bumi. Berbagai spesies, yang berbeda bahasa, berbeda budaya, dan berbeda tata krama, dituntut untuk menjaga bumi ini agar tetap dapat melangsungkan aktivitasnya demi generasi selanjutnya. Bukan tidak mungkin dalam beberapa dekade ke depan, jumlah manusia di bumi bisa mencapai 10 milyar lebih.
Kemarin pagi saya tiba tiba dikejutkan oleh suatu hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Semut. Ya, semut. Di rumah yang baru saja direnovasi dan baru ditinggali kurang lebih dua bulan ini, akhirnya kedatangan penghuni lainnya, semut, setelah lama tidak terlihat. Semut semut itu berbaris dengan rapi bagaikan pasukan menuju ke suatu temapt di dapur. Ada pepatah, ada gula ada semut, namun selain gula, segala macam hal yang bisa dikonsumsi pun ternyata masih didatangi oleh semut.
Ada sebuah pola yang membuat saya kagum dari semut. Keteraturan dan kerja keras mereka. Sesulit apa pun medan yang dituju, semut akan bisa menerobos, apakah itu dengan melubangi dinding, kayu, atau mencari jalan berputar yang cukup jauh.
Semut tidak bisa berenang? Siapa bilang? Ya, semut memang tidak bisa menyelam, tapi mereka bisa mengambang di atas air. Bukan masalah dari berat jenis, tapi dari luas permukaan semut itu sendiri. Dengan bobot yang ringan dan jangkauan kaki yang luas (dalam ukuran kecil) mereka bisa mengambang di atas air.
Iseng iseng saya berpikir, seandainya suatu hari semut diberikan akal budi dan hati nurani seperti kita, kita manusia pasti akan kalah total oleh keberadaan semut. Bayangkan, tidak ada satu tempat pun yang dihuni manusia, tidak didatangi oleh semut. Markas militer kita pun, ada semut di dalamnya. Bayangkan mereka mengembangkan senjata senjata dan pertahanan dari serangan, kemudian membangun tempat tinggalnya sendiri, bahkan mengarungi lautan dengan kapal buatannya. Wow, kita bakal kalah jauh jika melawan mereka.
No comments:
Post a Comment