Friday, September 2, 2011

A Link to The Past


Sebuah perjalanan melintas ruang dan waktu. Aku tidak pernah tidur ketika sedang melakukan suatu perjalanan. Entah mengapa belakangan selalu demikian terjadi, tapi aku menganggap itu bukanlah masalah. Justru menjadi suatu waktu untuk merenung. Ketika orang lain memutuskan untuk tidur, aku memilih untuk tetap terjaga. Salah satunya baru saja berlalu adalah menggunakan bus, selama sekitar 12 jam.
Liburan Idul Fitri kali ini, seluruh staff kantor direncanakan akan bepergian ke suatu tempat bersama-sama dengan keluarganya. Total keluarga yang ikut adalah sebanyak 5 keluarga.
Dan aku, ikut sebagai 'wakil independen', karena satu-satunya yang belum memiliki keluarga. Kali ini akan diadakan menuju Jogjakarta. Dijadwalkan akan berlangsung selama tiga hari, berangkat pada Senin pagi dan pulang hari Rabu malam. Tujuan yang dijadwalkan adalah Borobudur, Kaliurang, Malioboro, Kraton, Prambanan (batal), Parang Tritis, dan Pasar Klewer Solo (dibatalkan menjadi Pasar Beringharjo karena waktu yang terbatas).
Well, saya pikir liburan berjalan cukup menyenangkan, walaupun beberapa kali dikecewakan karena bus yang sedikit di luar harapan. Satu hal bisa digaris bawahi, ternyata cukup menyenangkan juga jika mengetahui bahwa orang-orang yang selama ini bekerja di kantor pun ternyata memiliki kehidupan di luar kantor, keluarga. Menyaksikan bagaimana mereka berinteraksi satu dengan yang lain. Ya memang antara satu dan keluarga yang lain berbeda, namun satu hal, mereka memiliki ikatan keluarga, dan itu terlihat. Anak anak yang ikut bervariasi umurnya, mulai dari yang masih TK, SD, SMP, SMA dan ada yang sudah kuliah. Ya, jadi saya sebenarnya terjebak apakah tergolong di bagian anak-anak atau ikut yang bagian orang tua...
Melihat cara orang tua berinteraksi dengan anak-anaknya membuat saya juga ikut memikirkan keluarga saya. Bagaimana saya dulu diasuh, bagaimana dulu saya diarahkan. Dan jujur hal ini membuat saya mengingat berbagai pengalaman yang sebelumnya sepertinya telah sempat saya lupakan. Melihat tingkah polah anak-anak, yang lucu, yang aneh, yang menangis, yang marah, yang cuek, yang nakal, yang malu malu, mulai dari sikap anak yang paling kecil, sampai sikap anak yang sudah remaja, pun juga membuat saya berpikir. Saya disuguhi cermin kehidupan. Seluruh fase kehidupan saya dihadirkan di dalam satu waktu. Sangat besar terima kasih saya, karena diberikan flashback alur kehidupan saya secara singkat.
Perjalanan pulang terasa cukup lama. Meluncur di atas bus, yang sepertinya kondisi 80%, sudah membuat saya kurang nyaman. Beberapa orang tua pun sempat saya dengar mengeluhkan hal itu, bahkan ketika perjalanan berangkat. Tapi saya sih enjoy-enjoy saja. Ketika hari beranjak gelap, lingkungan sekitar bus pun mulai tak terlihat. Hanya lampu-lampu dari rumah penduduk, atau mobil yang juga masih memadati jalan. Menyuguhkan saya suatu penglihatan yang terpusat kepada arah bus, seperti sedang melihat bioskop. Saya benar benar merasakan ada saat saat saya seperti melihat peristiwa masa lalu saya, di lain sisi saya yakin saya tidak tertidur sama sekali. Melihat mungkin hanya beberapa orang yang masih terjaga, karena menjaga anaknya tidur, ataupun karena tidak bisa tidur.
Badan saya tidak terasa capek. Yang saya rasakan setelah kepulangan saya ke rumah hanyalah sedikit berat di pikiran. Hanya butuh waktu tidur yang lebih untuk memulihkan hal itu. Tapi satu hal berharga yang saya dapatkan, saya merasa mendapatkan kembali masa lalu saya. Dan saya pun mendapat bekal untuk masa depan saya. Pengetahuan dari penglihatan. Mengenai apa yang baik, apa yang benar, karena baik belum tentu benar dan benar belum tentu baik. Terima kasih rekan-rekan kantor. Saya belum tentu menemukan keluarga seperti kalian di masa yang akan datang....

No comments:

Post a Comment

2018

The Year of Holy Spirit