Friday, October 7, 2011

Credit Card

Suatu waktu di salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya, saya hendak mengakhiri sesi belanja saya dengan hanya membawa beberapa barang. Ya, memang jarang belanja sih, jadi kalau belanja pun tidak akan banyak banyak, karena semua kebutuhan sudah ada di rumah. Saya menuju ke satu antrian yang saya rasa barang belanjaannya tidak terlalu banyak dibandingkan barang belanjaan di antrian sebelah. Sambil melihat lihat apa yang ada di rak di samping kasir, waktu pun berlalu tanpa saya sadari.
Tidak saya sangka sangka bahwa antrian di sebelah yang terlihat barang belanjaannya lebih banyak justru bergerak lebih cepat
dibandingkan antrian saya yang bahkan sampai saat ini masih belum beranjak satu senti pun dari tempat asalnya. Saya memandang dengan muka datar ke arah bapak yang ada di depan saya yang juga masih mengantri, pandangannya pun sama datarnya dengan saya. Baru saya melihat ke pangkal antrian yang sekarang sedang berdebat dengan kasir.
Sepasang suami istri, paruh baya, sang suami mengeluarkan dompet. Wow, dompet itu isinya khusus kartu kredit kelihatannya. Entah, mungkin ada 8 atau berapa kartu kredit di dalam dompet itu. Tapi selidik punya selidik, dengar punya dengar, pasangan itu mempermasalahkan jumlah perhitungan dari sang kasir mengenai barang belanjaan mereka yang tidak banyak itu. Jadi sepanjang saya menunggu tadi, mereka masih berdebat dengan kasir mengenai jumlah yang mesti mereka bayar.
Oke, perdebatan selesai. Kemudian kartu kredit mereka keluarkan. Gagal. ganti lagi dengan yang lain. Bisa, kemudian menunggu sang kasir mengeprint bukti kartu kredit, kemudian menunggu mereka memeriksa lagi, kemudian menunggu mereka tanda tangan, dll. Mereka pun beranjak ke customer service untuk menukarkan apalah itu kupon berhadiah atau apa. Samar samar saya mendengar percakapan antara kasir dengan bapak di depan saya, "Ada kartu kredit pak?" "Tidak usah, tunai saja, kasihan yang antri" Wkwkwkwk, terima kasih pak untuk pengertiannya...
Apa sih bangganya punya kartu kredit? Bukannya itu sama dengan menggantikan lembaran uang dengan sebuah data angka numerik yang tertera di layar komputer? Whatever lah....

No comments:

Post a Comment

2018

The Year of Holy Spirit