Wednesday, October 26, 2011

Mengapa Perlu Mencoba Makan Bakso tanpa Sambal

Saya baru sadar, judul di atas adalah sebuah pengandaian yang cukup bagus untuk menggambarkan topik yang akan saya ke tengahkan. Kali ini adalah mengenai masalah logika dan perasaan. Anggaplah bakso itu sebagai logika, dan sambal sebagai perasaannya.
Sering kali kita membeli makanan di luar. Bermacam macam jajanan yang bisa kita makan, salah satunya adalah bakso. Bulatan bulatan daging yang kenyal itu selain murah meriah juga dapat mengisi perut kita yang sedang mengalami kekosongan. Entah itu hanya sekedar untuk menunda lapar, atau justru sebagai menu utama. Bakso sudah menjadi sebuah gaya hidup. Bagi anda yang tidak menyukai rasa pedas, tentunya tidak akan pernah menambahkan sambal ke dalam mangkuk bakso anda, karena anda hampir dipastikan akan sakit perut setelah memakannya.

Pernahkah anda menambahkan sambal ke dalam mangkuk bakso anda, kemudian tidak menambahkannya lagi? Rasanya pasti akan berubah bukan? Itu topik yang hendak saya sampaikan. Perasaan itu menyelimuti logika, dan sering kali mengaburkan arti sesungguhnya dari logika.
Ketika kita berada di dalam sebuah permasalahan, utamakanlah sebuah logika berpikir, bukan perasaan. Karena perasaan kita bisa memperngaruhi hasil dari logika berpikir kita sehingga tidak menjadi benar benar logis. Seringkali logika yang dibumbui dengan perasaan justru menghasilkan sesuatu yang lebih buruk, sifatnya hanya sementara belaka. Yang perlu kita lihat adalah kondisi, situasi yang terjadi. Bukan apa yang ada di dalam hati kita. Berpikirlah secara obyektif. Saya tahu itu sering kali sulit untuk dilakukan karena kita sebagai manusia adalah makhluk yang berperasaan. Saya sendiri sering melewatkan sebuah logika berpikir hanya untuk sebuah perasaan, dan pada akhirnya hanya berpikir, "Oh, iya ya, mengapa tadi saya tidak berbuat seperti itu saja?"
Berpikirlah obyektif. Cobalah mulai sekarang. Makanlah bakso tanpa sambal.

No comments:

Post a Comment

2018

The Year of Holy Spirit