Monday, October 10, 2011

Life is a Series of Choices

Hidup adalah serangkaian pilihan. Kadang kala ada pilihan yang mengharuskan kita kehilangan pilihan yang lain. Dan sekali kita memilih, kita tidak dapat mendapatkan jalan kembali.
Sepanjang beberapa bulan terakhir tidak satu pun yang menawarkan saya pekerjaan yang pasti. Dan akhirnya saya pun memilih untuk hidup secara bebas, sementara tidak terikat oleh pekerjaan. Dan kemudian bAmM! Dalam satu minggu, tertumpuklah kesempatan itu. Saya diharuskan memilih, dan untuk mengambil pilihan itu saya harus mengorbankan pilihan yang lain.
Jumat sore, akhir September, saya ditawarkan suatu proyek di daerah Tuban oleh salah satu pimpinan di tempat saya pernah melamar kerja yang tidak jadi saya masuki. Saya jujur belum memutuskan apakah akan mengambil itu atau tidak, dan saya putuskan daripada pembicaraan hanya melalui telepon saya akan menemui beliau pada hari selasanya. Hari selasa siang, saya ditelepon pihak lain, yang meminta saya untuk datang wawancara ke Jakarta. Itu lamaran saya sudah saya masukkan sejak Agustus lalu. Yaa, saya jadi agak bimbang dalam memutuskan. Di satu sisi, satu hal ada kepastian, tapi di sisi lain yang belum pasti, kemungkinan kesempatan terbuka lebih lebar. Akhirnya saya memutuskan untuk melewatkan kesempatan yang di Tuban tersebut untuk menunggu wawancara saya.
Eh, ketika wawancara dijadwalkan hari Rabu minggu depannya, saya (pada hari Jumat sore) sakit. Jadi kondisi tubuh menurun, dan untung saya belum pesan tiket dan lain lain, jadi saya meminta agar wawancara tersebut ditunda sampai minggu depannya lagi. Belum sampai ke harinya bahkan saya sudah ditawarkan 1-2 pekerjaan lagi di tempat yang lain.
Entah, mungkin kesempatan tidak akan datang dua kali, dan itu kadang membuat saya menyesali kepuusan yang saya ambil karena sering kali justru keputusan yang saya ambil justru sering merugikan saya sendiri. Ya memang, rejeki di tangan Tuhan... Dont worry be happy.

No comments:

Post a Comment

2018

The Year of Holy Spirit